Rabu, 08 Oktober 2014

CONTOH PIDATO "TOLERANSI"

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA
Kita semua meyakini bahwa Islam merupakan agama yang benar. Agama yang diterima oleh Allah SWT. Siapa saja yang tidak menjadikan agama Islam sebagai jalan hidupnya, maka di hadapan Allah dia merupakan orang yang merugi dan tidak akan diterima oleh-Nya. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
Artinya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam” (Q.S. Ali Imran/2: 19)

Dalam ayat lain, Allah berfirman:
Artinya:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi” (Q.S. Ali Imran/2: 85)

Kebenaran Islam ini bersifat mutlak. Ajaran-ajaran Islam yang tercantum dalam al-Qur’an bersifat tetap, tidak ada yang meragukan, dan tidak boleh dirubah dengan alasan apapun. Agam Islam merupakan agama yang sempurna dan menyeluruh. Islam merupakan agama terakhir yang menyempurnakan ajaran-ajaran agama yang diturunkan Allah kepada Nabi – Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Kesempurnaan akan ajaran Islam ini dinyatakan Allah dalam firman-Nya:
Artinya:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu” (Q.S. Al-Maidah/3: 2)

Keyakinan terhadap kebenaran dan kesempurnaan terhadap agama Islam harus menjadi bagian dari keimanan kepada Allah SWT. Keyakinan ini pula yang akan mendorong kita memiliki motivasi dan niat yang kuat untuk terus menjalankan ajaran-ajaran dengan benar dan konsisten. Pelaksanaan ajaran Islam dengan benar dan konsisten ini akan menjadikan kita dapat merasakan kenikmatan dan kebahagiaan hidup.
Keyakinan akan kebenaran Islam ini bukan berarti sebagai alat untuk  memaksakan setiap orang yang belum masuk Islam harus menjadi muslim. Atau sebagai alasan untuk melakukan tindak kekerasan dan aksi teror kepada umat non muslim. Keberadaan umat manusia yang berbeda dalam keyakinan sesungguhnya merupakan sunatullah, karena Allah memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidupnya, apakah ia hendak beriman kepada Allah atau mengingkari Allah. Allah menegaskan dalam firman-Nya:
Artinya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah/2: 256)

Keimanan yang benar kepada Allah menuntunkan pemiliknya memiliki sikap wajar dan tetap menghormati keberadaan orang lain yang bukan muslim dengan semangat toleransi. Toleransi yang dikembangkan dalam kehidupan antar umat beragama adalah toleransi yang didasari oleh keyakinan yang kuat akan kebenaran agama yang dianut oleh masing-masing pemeluknya, dengan tetap menghormati dan mengakui adanya perbedaan keyakinan orang perorang dalam kehidupan masyarakat. Setiap agama boleh menyampaikan agamanya dengan cara-cara yang santun, beradab, tidak menjebak melalui pemberian materi, tidak memaksakan, dan tidak pula dengan tindak kekerasan. Inilah sesungguhnya gambaran toleransi positif antar umat beragama.
Toleransi antar umat beragama akan menjadi negative apabila toleransi yang dikembangkan adalah bentuk penyatuan agama, pencampuran agama, atau peniadaan perbedaan prinsip keagamaan dari masing-masing agama yang ada. Oleh karena itu, setiap orang boleh meyakini agamanya sebagai agama yang benar dan beribadah berdasar ajaran agamanya masing-masing. Tetapi setiap orang tidak boleh menyatakan bahwa semua agama itu benar, dan beribadah dengan berbagai cara yang dilakukan oleh setiap agama, bahkan mencampuradukkan satu sama lain. Sikap toleransi positif digambarkan Allah dalam firman-Nya berikut ini:
Artinya:
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (Q.S. Al-Kafirun/109: 1-6)

Surat al-Kafirun tegas mengajarkan bahwa setiap agama memiliki prinsip dan nilai dasar yang berbeda. Perbedaan yang ada bukan untuk disatukan atau dicampuradukkan. Perbedaan yang ada harus dihormati dan dihargai satu sama lain. Tidak saling mengganggu dan memaksakan satu sama lain. Dan Iman yang benar sesungguhnya akan menuntunkan sikap tolernasi yang positif. Wallahu A’lam.


CONTOH PIDATO "KEJUJURAN"

KETENANGAN JIWA DENGAN KEJUJURAN

Bahagia adalah masa dimana seseorang merasa senang, hidup bersama orang-orang yang dicintainya, merasa nyaman dan tentram, serta dekat dengan Tuhannya.
Tentunya sudah menjadi sesuatu yang lumrah, bahwa setiap orang ingin mendapatkan kehidupan yang bahagia.
Salah satu dari sekian sifat dan moral utama seorang manusia adalah kejujuran. Karena kejujuran merupakan dasar fundamental dalam pembinaan umat dan kebahagiaanmasyarakat.
Karena kejujuran menyangkut segala urusan kehidupan dan kepentingan orang banyak. Kepada manusia Allah SWT memerintahkan agar mempunyai perilaku dan sifat ini.
Rasulullah SAW adalah merupakan contoh terbaik dan seorang yang memiliki pribadi utama dalam hal kejujuran.

“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur (shidiq).
Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan,dan kejahan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan, akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong (kadzdzab).  (H.R. Bukhari)

 

Ada beberapa aspek   “JUJUR”   dalam Islam.

Pertama, Jujur dalam kehidupan sehari-hari; merupakan anjuran dari Allah dan Rasulnya.
Banyak ayat Al Qur’an menerangkan kedudukan orang-orang jujur antara lain:

QS. Ali Imran (3): 15-17
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa [kepada Allah], pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya.
Dan [mereka dikaruniai] isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (15)
[Yaitu] orang-orang yang berdo’a: “Ya Tuhan kami, sesungguh nya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,” (16)
[yaitu] orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menafkahkan hartanya [di jalan Allah], dan yang memohon ampun di waktu sahur. (17)

An Nisa’ (4): 69
Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul [Nya], mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS An Nisa : 69)

Al Maidah (5): 119
Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfa’at bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya Itulah keberuntungan yang paling besar“. (119)
Begitu juga secara gamblang Rasulullah menyatakan dengan sabdanya:
“Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya.
Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas’ud)

Kedua, kejujuran dan kebohongan dalam kehidupan politik; ada hadits yang menyatakan dengan tegas.
Bahwa Rasulullah bersabda:
“Ada tiga kriteria manusia yang tidak dilihat dan disucikan Allah swt. di hari akherat bahkan bagi mereka adzab yang pedih adalah:
1.    Orang sudah tua yang berzina,
2.    Pemimpin yang berdusta, dan
3.    Orang sombong.
Adapun kebohongan yang diperbolehkan dalam kaitan untuk kegiatan berpolitik, yaitu apabila kebohongan itu bisa meredam keributan sosial agar tidak terjadi perpecahan.
Dalam hal ini Rasulullah saw. memberi keringanan seperti dalam hadis dari Ummi Kaltsoum: “Saya tidak mendengar Rasulullah saw. memberi keringanan pada suatu kebohongan kecuali tiga masalah:
1.    Seseorang yang membicarakan masalah dengan maksud mengadakan perbaikan (Islah);
2.    Seseorang membicarakan masalah pada saat konflik perang (agar selamat), dan
3.    Seseorang yang merayu istrinya begitu juga istri merayu suami.(HR. Muslim)
Ada juga hadits yang menyatakan, Rasulullah bersabda:
“Bukanlah pendusta orang yang ingin melerai konflik sesama, hingga orang tersebut berkata: semoga baik dan menjadi baik” (HR. Mutafaq Alaih)

Begitulah batas kejujuran dan kebohongan secara dasar yang berkaitan dengan keseharian dan politik. Dan sudah jelas bahwa tujuan dari keduanya adalah untuk sebuah kedamaian.



Diantara percikan hikmahnya “Indahnya Kejujuran”
  • Tidak akan pernah ada HAKIKAT BAHAGIA kecuali dengan KEJUJURAN karena dusta hanya membuat kesenangan palsu,
  • Karena itulah Allah bekali sifat utama nabi Muhammad dengan sifat “Ash Shidq” sifat jujur sehingga beliau dijuluki sebagai “Al Amin”,
  • “Hai hamba2 yang beriman bertaqwalah kepada Allah & berkumpullah bersama hamba2 Allah yang jujur (QS At Taubah 119), karekteristik orang taqwa itu adalah JUJUR,
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (Jujur). (QS At Taubah : 119)
  • Jujur jalan menuju Syurga walaupun awalnya berat sedangkan dusta jalan menuju neraka walaupun awalnya sukses,
  • Jujur itu membuat hidup ini TENANG!  –  SENANG  –  BAHAGIA,
  • Kedudukan hamba2 Allah yang jujur sangat mulia, no dua setelah kedudukan para nabi & diatas para syuhada (QS An Nisa 69),
Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul [Nya], mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS An Nisa : 69)
  • Pedagang jujur bersama para nabi kelak di akhirat,
  • Sungguh negri ini rindu PEMIMPIN yang JUJUR…
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibubapakmu dan kaum kerabatmu.
Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan nya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran, dan jikakamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segal apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. An Nisaa’: 135)
Janganlah kamu bersikap lemah & jangan pula kamu bersedih hati. Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang2 yang beriman.” (QS. Ali-Imran : 139)”
Untuk menjadi orang yang bahagia, tidak harus dengan menghalalkan segala cara. Kita bisa belajar dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan dan jalani setiap hari. Insya Allah, kebahagiaan mereka akan tertular kepada anda.

1. Berpikir Positif

  • Ini adalah hal paling mendasar yang sering dilakukan orang-orang yang berbahagia. Hampir setiap hari mereka melihat semua hal dengan pikiran yang positif.
  • Dengan berpikir positif, secara tidak langsung mereka hanya memasukkan informasi positif dalam tubuh dan pikiran mereka.
  • Hal ini tentu akan membawa dampak yang sangat baik dalam lingkungannya.

2. Berbagi

  • Jika mendapatkan sesuatu misalnya berupa rezeki yang banyak, atau hadiah dari seseorang, mereka selalu berbagi kebahagian tersebut.
  • Entah dengan keluarga, orang lain, ataupun siapa saja.
  • Ada kepuasan tersendiri ketika kita dapat berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

3. Jujur

  • Seseorang yang bahagia selalu menjaga kejujuran mereka.
  • Kejujuran akan membawa pengaruh yang baik bagi pribadi seseorang. Sifat jujur adalah salah satu akibat dari berpikir positif.
  • Sebuah kalimat yang sarat dengan makna “sampaikan kejujuran meski pahit”.

4. Berkumpul Dengan Orang-Orang Yang Di Cintai

  • Luangkan waktu lebih untuk dapat bersenang-senang dengan orang-orang yang anda cintai.
  • Hal ini akan membawa keceriahan dan berdampak baik bagi pikiran anda.

5. Ibadah

  • Bukan hanya hubungan baik dengan sesama manusia yang harus dijaga, tapi juga hubungan kita kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT.
  • Dia-lah yang telah memberikan banyak nikmat kepada kita semua.



Template by:

Free Blog Templates