KETENANGAN JIWA DENGAN KEJUJURAN
Bahagia adalah masa dimana seseorang merasa senang,
hidup bersama orang-orang yang dicintainya, merasa nyaman dan tentram, serta
dekat dengan Tuhannya.
Tentunya sudah menjadi sesuatu yang lumrah, bahwa
setiap orang ingin mendapatkan kehidupan yang bahagia.
Salah satu dari sekian sifat dan moral utama seorang
manusia adalah kejujuran. Karena kejujuran merupakan dasar fundamental dalam
pembinaan umat dan kebahagiaanmasyarakat.
Karena kejujuran menyangkut segala urusan kehidupan
dan kepentingan orang banyak. Kepada manusia Allah SWT memerintahkan agar
mempunyai perilaku dan sifat ini.
Rasulullah SAW adalah merupakan contoh terbaik dan
seorang yang memiliki pribadi utama dalam hal kejujuran.
“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada
kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seorang yang selalu jujur dan mencari
kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur (shidiq).
Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa
kepada kejahatan,dan kejahan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan
mencari-cari kebohongan, akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong
(kadzdzab). (H.R.
Bukhari)
Ada
beberapa aspek “JUJUR” dalam Islam.
Pertama, Jujur
dalam kehidupan sehari-hari; merupakan anjuran dari Allah dan Rasulnya.
Banyak ayat Al Qur’an menerangkan kedudukan
orang-orang jujur antara lain:
QS. Ali Imran (3): 15-17
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang
lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa [kepada
Allah], pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya.
Dan [mereka dikaruniai] isteri-isteri yang disucikan
serta keridhaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (15)
[Yaitu] orang-orang yang berdo’a: “Ya Tuhan kami,
sesungguh nya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan
peliharalah kami dari siksa neraka,”
(16)
[yaitu] orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap
ta’at, yang menafkahkan hartanya [di jalan Allah], dan yang memohon ampun di
waktu sahur. (17)
An Nisa’ (4): 69
Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul [Nya],
mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS An
Nisa : 69)
Al Maidah (5): 119
Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfa’at bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap
mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya Itulah keberuntungan yang paling
besar“. (119)
Begitu juga secara gamblang Rasulullah menyatakan
dengan sabdanya:
“Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan
membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula
seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub
di sisi Allah atas kejujurannya.
Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan
mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang
senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi
Allah sebagai pendusta” (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas’ud)
Kedua, kejujuran
dan kebohongan dalam kehidupan politik; ada hadits yang menyatakan dengan
tegas.
Bahwa Rasulullah bersabda:
“Ada tiga kriteria manusia yang tidak dilihat dan
disucikan Allah swt. di hari akherat bahkan bagi mereka adzab yang pedih
adalah:
1.
Orang
sudah tua yang berzina,
2.
Pemimpin
yang berdusta, dan
3.
Orang
sombong.
Adapun kebohongan yang diperbolehkan dalam kaitan
untuk kegiatan berpolitik, yaitu apabila kebohongan itu bisa meredam keributan
sosial agar tidak terjadi perpecahan.
Dalam hal ini Rasulullah saw. memberi keringanan
seperti dalam hadis dari Ummi Kaltsoum: “Saya tidak mendengar Rasulullah saw.
memberi keringanan pada suatu kebohongan kecuali tiga masalah:
1.
Seseorang
yang membicarakan masalah dengan maksud mengadakan perbaikan (Islah);
2.
Seseorang
membicarakan masalah pada saat konflik perang (agar selamat), dan
3.
Seseorang
yang merayu istrinya begitu juga istri merayu suami.(HR. Muslim)
Ada juga hadits yang menyatakan, Rasulullah bersabda:
“Bukanlah pendusta orang yang ingin melerai konflik
sesama, hingga orang tersebut berkata: semoga baik dan menjadi baik” (HR. Mutafaq
Alaih)
Begitulah batas kejujuran dan kebohongan secara dasar
yang berkaitan dengan keseharian dan politik. Dan sudah jelas bahwa tujuan dari
keduanya adalah untuk sebuah kedamaian.
Diantara percikan hikmahnya “Indahnya
Kejujuran”
- Tidak akan pernah ada
HAKIKAT BAHAGIA kecuali dengan KEJUJURAN karena dusta hanya membuat
kesenangan palsu,
- Karena itulah Allah bekali
sifat utama nabi Muhammad dengan sifat “Ash Shidq” sifat jujur sehingga
beliau dijuluki sebagai “Al Amin”,
- “Hai hamba2 yang beriman
bertaqwalah kepada Allah & berkumpullah bersama hamba2 Allah yang
jujur (QS At Taubah 119), karekteristik orang taqwa itu adalah JUJUR,
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar
(Jujur). (QS At Taubah : 119)
- Jujur jalan menuju Syurga
walaupun awalnya berat sedangkan dusta jalan menuju neraka walaupun
awalnya sukses,
- Jujur itu membuat hidup ini
TENANG! – SENANG – BAHAGIA,
- Kedudukan hamba2 Allah yang
jujur sangat mulia, no dua setelah kedudukan para nabi & diatas para
syuhada (QS An Nisa 69),
Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul [Nya], mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu:
Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS An Nisa : 69)
- Pedagang jujur bersama para
nabi kelak di akhirat,
- Sungguh negri ini rindu
PEMIMPIN yang JUJUR…
“Wahai orang-orang
yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibubapakmu dan kaum
kerabatmu.
Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan
nya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran, dan jikakamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segal apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. An
Nisaa’: 135)
“Janganlah kamu
bersikap lemah & jangan pula kamu bersedih hati. Padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang2 yang beriman.” (QS. Ali-Imran : 139)”
Untuk menjadi orang yang bahagia, tidak harus dengan
menghalalkan segala cara. Kita bisa belajar dari kebiasaan-kebiasaan yang
mereka lakukan dan jalani setiap hari. Insya Allah, kebahagiaan mereka akan
tertular kepada anda.
1.
Berpikir Positif
- Ini adalah hal paling
mendasar yang sering dilakukan orang-orang yang berbahagia. Hampir setiap
hari mereka melihat semua hal dengan pikiran yang positif.
- Dengan berpikir positif,
secara tidak langsung mereka hanya memasukkan informasi positif dalam
tubuh dan pikiran mereka.
- Hal ini tentu akan membawa
dampak yang sangat baik dalam lingkungannya.
2.
Berbagi
- Jika mendapatkan sesuatu
misalnya berupa rezeki yang banyak, atau hadiah dari seseorang, mereka
selalu berbagi kebahagian tersebut.
- Entah dengan keluarga, orang
lain, ataupun siapa saja.
- Ada kepuasan tersendiri
ketika kita dapat berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
3. Jujur
- Seseorang yang bahagia
selalu menjaga kejujuran mereka.
- Kejujuran akan membawa
pengaruh yang baik bagi pribadi seseorang. Sifat jujur adalah salah satu
akibat dari berpikir positif.
- Sebuah kalimat yang sarat
dengan makna “sampaikan kejujuran meski pahit”.
4. Berkumpul Dengan Orang-Orang Yang Di
Cintai
- Luangkan waktu lebih untuk
dapat bersenang-senang dengan orang-orang yang anda cintai.
- Hal ini akan membawa
keceriahan dan berdampak baik bagi pikiran anda.
5. Ibadah
- Bukan hanya hubungan baik
dengan sesama manusia yang harus dijaga, tapi juga hubungan kita kepada
Sang Pencipta yaitu Allah SWT.
- Dia-lah yang telah
memberikan banyak nikmat kepada kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar